Friend or Enemy?

Kadang gue suka bertanya-tanya, sejahat itu kah gue sama teman-teman gue? Gue rasa enggak, ini bukan berasaskan kepedean. Karena pasalnya gue selalu ingin membantu dan menyenangkan teman gue. Dan gue berusaha banget menjaga perasaan teman-teman gue. Tapi entah kenapa kali ini gue ngerasa dikhianatin banget sama seorang teman yang pada dasarnya gue percaya banget.

Tapi ternyata, dia enggak sama sekali menyadari perubahan sikap gue ke dia. Pada awal mula emosi gue memuncak, bahkan sampai sekarang gue sama sekali enggak bisa mengutarakan hal tersebut langsung ke oranggnya. Tapi bukan berarti gue enggak menunjukkan, lho. Gue yang aslinya emang enggak bisa diam dan ngomong terus, bisa tiba-tiba diam dan nyuekin orang, kalau yang kenal gue pasti kaget gue bisa diam buat waktu yang cukup lama. Gue capek banget pun gue enggak bisa diam. Sayangnya dia enggak sadar.

Gue berusaha setengah mati untuk enggak emosi. Berkali-kali gue mengingatkan diri gue, itu cuma perasaan gue doang. Tapi nyatanya enggak. Terakhir kali gue ketemu, ternyata dia makin enggak tahu diri. Selain dia enggak menggubris gue yang jelas-jelas tersinggung dan terganggu. Dia justru menusuk gue. Mungkin dia mengira itu bukan apa-apa, tapi itu melampaui etika dalam logika.

Gue enggak sangka. Gue janji dalam hati, enggak akan lagi dia gue kenalkan pada siapapun. She just forget his role. Thats the worst ever. Gue pengen banget bilang, harusnya dia sadar, dia enggak bisa memanfaatkan semua orang. terutama orang-orang yang enggak ada hubungannya sama dia.

Gue enggak bisa santai lagi sama dia. Gue kecewa, orang yang gue percaya justru mau jadi rintangan buat gue, padahal dia orang yang paling tahu rencana gue. kalau seandainya gue bisa ribut, gue pengen banget. Stay away from my relatives! erg.

*marah*

Comments