Ruas jalan samping bangunan ini sepi. Terik gersang si angin bercinta dengan raja cahaya. 16 buah pohon palm yang mengawali, memayungi bangku kayu yang kududuki.
Sabtu siang, aku sendiri menatap keji pada barisan tentara pelbagai bentuk dalam kertas. Berita yang memuakkan. Dan aku jengah! Bukan! Bukan politik, bukan kekalahan tim bola kesayanganku, jua kasus operasi plastik. Bukan itu.
Tapi kata-kata itu bagai menginjak, membawa pesona arogan dua kuasa. Pelik. Busuk dan biadab! Maunya saja aku membaca koran itu. Maluuuu! Jijik! Perang saja pecahkan. Bosan.
Hoaaam. Kantukku menjemput. Kulempar koran bedebah itu. Maka harian Sabtu itu teracuh, dengan berita soal... Aku.
Sabtu siang, aku sendiri menatap keji pada barisan tentara pelbagai bentuk dalam kertas. Berita yang memuakkan. Dan aku jengah! Bukan! Bukan politik, bukan kekalahan tim bola kesayanganku, jua kasus operasi plastik. Bukan itu.
Tapi kata-kata itu bagai menginjak, membawa pesona arogan dua kuasa. Pelik. Busuk dan biadab! Maunya saja aku membaca koran itu. Maluuuu! Jijik! Perang saja pecahkan. Bosan.
Hoaaam. Kantukku menjemput. Kulempar koran bedebah itu. Maka harian Sabtu itu teracuh, dengan berita soal... Aku.
Comments
Post a Comment