Kamis, ya ini hari Kamis, hari yang selalu kunanti setiap awal minggu. Hari yang selalu membuat gue berdebar-debar dengan sensasi yang belum bisa aku definisikan. Hari yang merubah kekelabuan hari Rabu dengan secercah kejinggaan hari Jumat. Aku mencintai Kamis, selalu.
Another thursday, another hope, another dream, another smile. Yeah, weekend here we come! Di hari Kamis, aku mulai mempersiapkan diri menghadapi kegiatan mulai Jumat sore hingga malam di hari Minggu. Seperti hari ini. Aku telah sibuk mengurus hal-hal kecil untuk acaraku di hari Sabtu. Sabtu yang paling kunanti.
"Kamu sudah bangun?" Aku menghela nafas sembari mengucek mata sekenanya. Mencoba berlindung dari gelitik mentari. "Sudah, baru aja."
Hening.
Helaan nafasnya terdengar diujung sana, "selamat hari Kamis ya, Ta." Aku tersenyum simpul. Sadar ia tak akan bisa melihatnya aku menyahut singkat, "terimakasih."
Narzio Rikarziko.
Sorry to say, I'm getting bored with you. You've lost your passion. Aku kembali menghela nafas dan dengan halus mengakhiri telfonnya.
Another thursday, another hope, another dream, another smile. Yeah, weekend here we come! Di hari Kamis, aku mulai mempersiapkan diri menghadapi kegiatan mulai Jumat sore hingga malam di hari Minggu. Seperti hari ini. Aku telah sibuk mengurus hal-hal kecil untuk acaraku di hari Sabtu. Sabtu yang paling kunanti.
"Kamu sudah bangun?" Aku menghela nafas sembari mengucek mata sekenanya. Mencoba berlindung dari gelitik mentari. "Sudah, baru aja."
Hening.
Helaan nafasnya terdengar diujung sana, "selamat hari Kamis ya, Ta." Aku tersenyum simpul. Sadar ia tak akan bisa melihatnya aku menyahut singkat, "terimakasih."
Narzio Rikarziko.
Sorry to say, I'm getting bored with you. You've lost your passion. Aku kembali menghela nafas dan dengan halus mengakhiri telfonnya.
Comments
Post a Comment