“Kamu pikir kamu putuskan yang terbaik? Ingat, malu! Malu cah ayu!”
“Sampai kapan malu itu bisa membenarkan yang salah?”
“Terima nasib saja, siapa tahu nanti bojomu berubah.”
“Bu, ini Negara demokrasi. Jangan berpikiran sempit dan kolot begini. Ini sudah melenceng dari kata benar.”
PLAK!
“Dengan bercerai masalahmu selesai? Apa kata orang? Mau dikemanakan muka ibu ini? Mikir ndok!”
“Saya ini perempuan, ibu pun perempuan. Ibu tau? Saya ditampar, dihina, diintimidasi, dipukul dengan gesper. Apa itu belum bisa mengalahkan rasa malu ibu yang selangit?”
PLAK!
“jadi perempuan harus kalem, nurut sama suami, terima saja semuanya. Jangan sok Kartini!”
“Saya cerai pokoknya!”
Comments
Post a Comment